RENUNGAN 001
Baca dan Renungkan
dengan hati yang Jernih
Dialog yang INDAH..
apabila kurang baik jangan.
Tapi inilah yang di sebut rahasia di balik rahasia.
Aku (A): Tuhan, bolehkah aku bertanya PadaMU?
Tuhan (T): Tentu, hambaku. Silahkan
A: Tapi janji ya, Engkau takkan marah.
T: Ya, AKU janji.
A: Kenapa KAU izinkan banyak HAL BURUK terjadi padaku hari ini?
T: Apa Maksudmu?
A: Aku bangun terlambat.
T: Ya., Trus,
A: Mobilku mogok dan butuh waktu lama tuk menyala.
T: Oke. Trus,
A: Roti yg kupesan dibuat tak seperti pesananku,
hingga kumalas memakannya.
T: Hmm. Trus,
A: Dijalan pulang, HPku tiba2 mati saat aku berbicara bisnis besar.
T: Benar. Trus,
A: Dan akhirnya, saat kusampai rumah, aku hanya ingin sedikit
bersantai dengan mesin pijat refleksi yg baru kubeli, tapi MATI!
Kenapa Tak ada yg LANCAR hari ini?
T: Biar KUperjelas HambaKU,
ada malaikat kematian pagi tadi,
dan AKU mengirimkan malaikatKU tuk berperang melawannya
agar tak ada hal buruk terjadi padamu. Jadi......
KUbiarkan kau terTIDUR disaat itu.
A: Oh, tapi...
T: AKU tak biarkan mobilmu menyala TEPAT WAKTU
karena ada pengemudi mabuk lewat didepan jalan dan akan MENABRAKmu.
A: (merunduk)
T: Pembuat burgermu sedang sakit, AKU tak ingin kau tertular,
oleh karenanya KUbuatnya salah bekerja.
A: (tarik nafas)
T: HPmu KUbuat mati karena mereka PENIPU, KUtak mungkin biarkanmu tertipu.
Lagipula akan kacaukan KONSENTRASImu dalam mengemudi
bila ada yg menghubungimu kala HP menyala.
A: (mataku berkaca-kaca) .........aku mengerti Tuhan
T: Soal mesin pijat refleksi, KUtau kau blm sempat beli voucher listrik, bila mesin itu nyalakan
maka ambil banyak listrikmu, KU yakin kamu tak ingin berada dlm kegelapan.
A: (menangis tersedu) Maafkan aku Tuhan..... maafkan......
T: Tak apa, tak perlu meminta maaf. Belajarlah untuk percaya PADAKU.
RencanaKU padamu lebih baik dari rencanamu sendiri.
Yakinlah bahwa Tuhan selalu baik
Yakinlah segala Usahamu PASTI Sampai
Belajarlah untuk selalu bersyukur atas APAPUN yang terjadi,
Karna Semua Kan INDAH Pada Waktunya.
RENUNGAN 002
UANG JAJAN UNTUK PENGEMIS
Seorang ayah ingin mengajarkan
kepada anaknya sejak dini
yang baru duduk dikelas 3 SD untuk mengatur uang
jajannya.
Sang anak diberi uang Rp 30.000 perminggu (termasuk ongkos
ojek).
Biasanya uang tersebut diberikan sang ayah sehari sebelum
anaknya masuk sekolah.
Pada minggu pagi mereka berdua
hendak jalan-jalan ke kota
untuk menikmati liburan. Sebelum berangkat, tak lupa sang
ayah
memberikan uang jajan mingguan anaknya dengan tiga lembar
uang
Rp 10.000. Dan uang tersebut disimpan rapi dalam saku
celananya.
Ditengah keasikan sang ayah dan anaknya menikmati hari
libur mereka,
tiba-tiba keduanya dikejutkan dengan kedatangan seorang
kakek pengemis yangg telah tua renta sambil memelas.
Tak tega melihat sang kakek
tua memelas, sang anak dengan sigap
langsung mengeluarkan 3 lembar uang 10.000,- dari saku
celana
dan diberikan seluruhnya.
Kontan saja kakek pengemis ini
terlihat sangat senang seraya
mengucapkan rasa syukur dan terimakasih yang tak terkira
kepada sang anak dan ayahnya ini.
Setelah si kakek tua berlalu,
kemudian sang ayah bertanya;
“Sayang, kenapa kamu berikan
semua uangmu untuk kakek itu?
Bukankah satu lembar saja sudah cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya hingga nanti malam?”
“Ayah..kalau kakek tua itu
ikhlas menerima yang sedikit
maka aku ikhlas untuk memberikan yang lebih besar!”
Jawab anaknya dengan wajah tersenyum..
“DEG!!!” Hati sang ayah
langsung tersentak kaget mendengar
jawaban tersebut.
“Nah, terus uang jajanmu untuk
seminggu ke depan bagaimana?”
Tanya sang ayah mencoba menguji.
“Kan aku masih punya ayah dan
Ibu! Tidak seperti kakek tua itu
yang mungkin hanya hidup sebatangkara di dunia ini.”
Balas anaknya.
“Kenapa kamu begitu yakin kalo
ayah dan Ibu akan mengganti
uang jajanmu? Ayah nggak janji loh?” Kembali sang ayah
mengujinya.
“Kalo ayah merasa bahwa aku
adalah amanah dari Allah
yang dititipkan kepada ayah dan Ibu, maka aku sangat
yakin ayah
dan Ibu tak akan membiarkan aku kelaparan seperti kakek
tua itu..
” Jawab sang anak mantap.
Seakan sang ayah tak percaya
dengan jawaban dari putranya
hingga ia kehabisan kata-kata. Ia tak menyangka jawaban
seperti itu
keluar dari seorang bocah kelas 3 SD. Ia seperti sedang
berhadapan
dengan seorang
ulama besar dan ia tak bernilai apa-apa ketika
berada dihadapannya.
Lalu ia berjongkok dan
memegang kedua pundak anaknya..
“Sayang…ayah dan Ibu janji
akan selalu menjaga dan merawatmu
hingga Allah tetapkan batas umur ini. Ayah sangat sayang
padamu..
” Sambil kedua matanya berkaca-kaca seolah tak kuat
menahan haru..
Sambil memegang kedua pipi
ayahnya, sang anak membalas,
“Ayah tak perlu berkata
seperti itu. Sejak dulu aku sudah tahu
bahwa ayah dan Ibu sangat mencintai dan menyayangiku.
Kelak jika aku sudah dewasa aku akan selalu menjaga ayah
dan Ibu,
dan aku tidak akan membiarkan ayah dan Ibu hidup dijalan
seperti kakek tua itu…”
Dan airmata sang ayahpun tak
terbendung mendengar jawaban tulus
dari anaknya. Dipeluklah tubuh mungil itu dengan sangat
erat.
Dan kedua larut dalam haru dan kasih sayang.
Anak ibarat kertas putih yang
kita bisa tulis apa saja.
Mari kita berdo’a agar anak
keturunan kita menjadi anak yang
Soleh/solehah. Peduli pada sesama, dan ikhlas berbagi.
Dan sesungguhnya itu bisa kita mulai dari diri kita dulu…
Pedulilah pada sesama, ikhlaslah berbagi…. InsyaAllah
anak kita pun akan demikian…. InsyaAllah..
RENUNGAN 003
Obrolan hikmah
Seorang wanita gaul bertanya pada seorang pemuda yang soleh:
Wanita: "Kenapa sih kamu nggak mau bersentuhan tangan denganku? Emangnya aku ini hina ya?"
Pemuda: "Bukan begitu Mba, Justru saya lakukan itu karena saya sangat menghargai Mba sebagai seorang wanita"
Wanita: "Maksudmu?"
Pemuda: "Coba saya tanya sama Mba, apakah boleh seorang rakyat jelata menyentuh tangan putri keraton yang dimuliakan?"
Wanita: (Sambil mengernyitkan dahi) "T..Tentu gak boleh sembarangan dong!"
Pemuda: "Nah, Islam mengajarkan bagaimana kami menghormati semua wanita layaknya ratu yang ceritakan tadi. Hanya pangeran saja yang layak menyentuh tuan putri".
Wanita: (Sambil agak malu) "Oh.. Terus kenapa sih mesti pakai menutup tubuh segala, pake kerudung lagi, jadi gak keliatan seksinya"
Pemuda : (Membuka sebuah rambutan, lalu memakannya sebagian. Dan mengambil sebuah lagi sambil menyodorkan 2 buah rambutan itu pada wanita tersebut) "Kalau Mba harus memilih, pilih rambutan yang sudah saya makan atau yang masih belum terbuka"
Wanita: (Sambil keheranan dan sedikit merasa jijik) "Hi.. Ya saya pilih yang masih utuh lah, mana mau saya makan bekas Mas".
Pemuda : (Sambil tersenyum) "Tepat sekali, semua orang pasti memilih yang utuh, bersih, terjaga begitu juga dengan wanita. Islam mensyariatkan wanita untuk berhijab dan menutup aurat semata-mata untuk kemuliaan wanita juga".
Wanita: "Terimakasih ya, aku semakin yakin untuk berhijab dan menutup aurat, Islam memang sangat memuliakan wanita.
Subhanallah. Ngomong-ngomongMas sudah punya pacar belum?"
Pemuda: "Mmm.. Saya belum punya dan bertekad tidak akan punya pacar."
Wanita : (Kebingungan) "Loh, kenapa? Bukannya semua muda-mudi sekarang punya temen istimewa"
Pemuda: "Begini Mba, kira-kira kalau Mba diberi hadiah handphone, ingin yang bekas atau yang masih baru??"
Wanita: "Ya jelas yang baru lah"
Pemuda: "Kalau suatu saat Mba menikah, mau pakai baju loakan yang harganya Rp.50.000/3 potong atau gaun istimewa yang harganya Rp.20 juta keatas"
Wanita: "Ih.. Mas ini. Ya pasti saya pilih gaun istimewa, mana mau saya pakai baju loakan, udah bekas dipegang orang, gak steril lagi. hi..."
Pemuda: "Nah, begitu juga Islam memandang pacaran Mba. Kami, diajarkan untuk menjunjung ikatan suci bernama pernikahan. menjadi pasangan yang saling mencintai karenaNya. Yang menjaga kesucian dan kehormatan dirinya sebelum akad suci itu terucap. Karena kami hanya ingin mempersembahkanyang terbaik untuk pasangan kami kelak"
Wanita: (Hatinya berdebar-debar tak menentu, kata-kata pemuda tadi menjadi embun bagi hatinya yang selama ini hampa. Matanya pun menetes) "Mas, aku semakin merasa banyak dosa. Masihkah ada pintu taubat untukku dengan semua yang sudah aku lakukan?"
Pemuda: (Matanya berbinar, perkataannya berat) "Mba, jikalah diibaratkan seorang musafir kehilangan unta beserta makanan dan minumannya di gurun pasir yang tandus. Maka kebahagiaan Allah menerima taubat hambanya lebih besar dari kebahagiaan musafir yang menemukan untanya kembali. Kalaulah kita datang dengan membawa dosa seluas langit, Allah akan mendatangi kita dengan ampunan sebesar itu juga. Subhanallah".
Wanita: (Berderai air matanya, segera ia usap dengan tisunya) "Terimakasih Mas, saya banyak mendapatkan pencerahan hidup. Semoga saya bisa berubah lebih baik”
Pemuda: “Aamiin”
RENUNGAN 004
Dan aku sampaikan satu pesanan kepadamu, maka hafalkanlah :
RENUNGAN 004
nasihat Nabi
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim
... Hayati Pesan Nabi SAW : ..
Dari Abu Kabsyah Al-Anmari r.a.;
Dari Abu Kabsyah Al-Anmari r.a.;
Rasulullah
SAW bersabda maksudnya :
“Tiga hal aku bersumpah untuknya dan aku sampaikan
“Tiga hal aku bersumpah untuknya dan aku sampaikan
satu
pesanan kepadamu,
maka
hafalkanlah :
1) Harta seorang hamba tidak akan berkurang karena sedekah.
2) Seorang hamba yang dizalimi dan dia bersabar
1) Harta seorang hamba tidak akan berkurang karena sedekah.
2) Seorang hamba yang dizalimi dan dia bersabar
menanggungnya
pasti kemuliaannya akan ditambah oleh Allah.
3) Dan seorang hamba yang membuka pintu meminta-minta
3) Dan seorang hamba yang membuka pintu meminta-minta
pasti
Allah akan membuka pintu kemiskinan untuknya.
Dan aku sampaikan satu pesanan kepadamu, maka hafalkanlah :
dunia
milik 4 kelompok manusia :
1) Seorang hamba yang dianugerahi Allah harta dan ilmu.
1) Seorang hamba yang dianugerahi Allah harta dan ilmu.
Lalu dia bertakwa kepada Allah, melakukan
silaturrahim
serta
mengetahui hak Allah di dalam hartanya. Ini adalah
tingkatan
paling baik.
2) Seorang hamba yang dianugerahi Allah ilmu tetapi tidak
2) Seorang hamba yang dianugerahi Allah ilmu tetapi tidak
dianugerahi
harta. Namun dia punyai niat tulus dan mengatakan,
‘Andai kata aku punya harta tentu aku akan
beramal seperti fulan.
’ Dan
karena niatnya ini, pahala mereka berdua sama.
3) Seorang hamba yang dianugerahi Allah harta tetapi
3) Seorang hamba yang dianugerahi Allah harta tetapi
tidak dianugerahi ilmu. Dia memakai hartanya
tanpa dasar ilmu,
tidak bertakwa kepada Allah, tidak melakukan
silaturrahim serta
tidak
mengetahui hak Allah dalam hartanya.
Ini adalah tingkatan terburuk.
4) Serta seorang hamba yang tidak dianugerahi ilmu dan harta
4) Serta seorang hamba yang tidak dianugerahi ilmu dan harta
namun dia mengatakan, ‘Andai kata aku punya
harta tentu aku
akan
beramal seperti amal fulan.’ Dan kerana niatnya,
dosa mereka berdua sama.”
(Hadis Riwayat Tirmidzi dan Ahmad, Hadis Hasan Sahih)
Siapa laki-laki itu nak
Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu... Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama.... Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya, Bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?
Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia.... :') Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu. Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?
Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya. Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir... Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut - larut... Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan Papa memarahimu.. . Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Papa akan segera datang?
"Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa"
Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur. Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata - mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti... Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa
Ketika kamu menjadi gadis dewasa.... Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain... Papa harus melepasmu di bandara. Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu? Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini - itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati... Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat.
Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata "Jaga dirimu baik-baik ya sayang". Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT... kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.
Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa. Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.
Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan... Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : "Tidak.... Tidak bisa!" Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan "Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu".
Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?
Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana. Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu. Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat "putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang"
Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya. Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin...
Karena Papa tahu..... Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.
Dan akhirnya.... Saat Papa melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia....
Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis? Papa menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Papa berdoa....
Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Papa berkata: "Ya Allah tugasku telah selesai dengan baik.... Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik.... Bahagiakanlah ia bersama suaminya..."
Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk... Dengan rambut yang telah dan semakin memutih.... Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya....
Papa telah menyelesaikan tugasnya....
Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita...
Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat...
Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis...
Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. .
Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa "KAMU BISA" dalam segala hal...
(Hadis Riwayat Tirmidzi dan Ahmad, Hadis Hasan Sahih)
RENUNGAN 005
Baca dan Renungkan
dengan hati yang Jernih
Ada seorang anak lelaki
dengan watak yang buruk dan sombong.
Ayahnya memberi dia sekantung penuh paku,
dan menyuruh memaku
satu batang paku di pagar pekarangan setiap kali dia
kehilangan kesabarannya,
menyakiti atau
berselisih paham dengan orang lain.
Hari pertama dia memaku 37 batang di pagar.
Pada minggu-minggu berikutnya dia belajar untuk
menahan diri,
dan jumlah paku yang dipakainya berkurang dari hari ke
hari.
Dia mendapatkan bahwa lebih gampang menahan diri
daripada memaku di pagar.
Akhirnya tiba hari ketika dia tidak perlu lagi memaku
sebatang paku pun
dan dengan gembira disampaikannya hal itu kepada
ayahnya
Ayahnya kemudian menyuruhnya mencabut sebatang paku
dari pagar setiap hari
bila dia berhasil menahan diri dan bersabar untuk tidak menyakiti orang lain.
Hari-hari berlalu dan akhirnya tiba harinya dia bisa
menyampaikan kepada ayahnya
bahwa semua paku sudah tercabut dari pagar.
Lalu Sang
ayah membawa anaknya ke pagar dan berkata:
”Anakku, kamu sudah berlaku baik,
tetapi coba lihat betapa banyak lubang bekas paku yang ada di
pagar.”
Pagar ini
tidak utuh lagi dan tidak akan kembali seperti semula.
Kalau kamu berselisih paham, menyakiti atau bertengkar dengan orang lain,
hal itu selalu meninggalkan bekas luka seperti
pada pagar ini.
Kau bisa menusukkan pisau di punggung orang dan
mencabutnya kembali,
tetapi akan meninggalkan luka, sakit dan pedih.
Tak peduli berapa kali kau meminta maaf dan menyesal,
lukanya akan
tinggal membekas.
Luka melalui ucapan sama perihnya seperti luka fisik.
Kawan-kawan adalah perhiasan yang langka dan berharga.
Mereka membuatmu tertawa dan memberimu semangat.
Mereka bersedia mendengarkan keluhanmu jika itu kau
perlukan,
mereka menolong
dengan ikhlas dan membuka hatimu.
Tunjukkanlah kepada teman-temanmu
betapa kau menyukai mereka.
Berilah kepada orang lebih dari yang mereka harapkan,
dan lakukan secara ikhlas dan bijaksana.
Yakinlah pada dirimu ketika berkata: ”Aku mencintaimu.
Dan aku
akan memperjuangkanmu"
Jangan permainkan harapan orang lain dengan kata-kata kosongmu.
Mungkin dia
bisa tersinggung, dan
diam.
Jangan adili orang lain, tetapi adili dirimu secara
kritis.
Bicaralah pelan, tetapi cepat dalam berpikir.
Jika kau ditanya sesuatu yang tak ingin kau jawab,
senyumlah,
dan tanya: ”Mengapa kamu mau tahu?"
Ingatlah bahwa kasih yang paling indah dan sukses yang
terbesar
mengandung banyak risiko.
Jika kau kalah, jangan lupakan pelajaran dibalik
kekalahan itu
Hargai dirimu.
Hargai orang lain.
Bertanggung jawablah atas semua tindakanmu.
Yang
selama ini sering menyakiti dan melukai orang lain.
Jangan biarkan selisih paham, arogan, gila hormat, egois
merusak indahnya persahabatan
RENUNGAN 006
Siapa laki-laki itu nak
Apa kabarmu disana nak?
Dikota yang berjarak dua jam perjalanan dari sini, apa kau masih mengingat orang tua renta ini? Yang setiap saat tak henti mendoakan segala yang terbaik untukmu.
Ah.. ayah ingat ketika siang itu, sebelum berangkat kekota, dengan wajah malu-malu kau bercerita tentang niat seorang laki-laki untuk meminangmu. Kau tahu nak_ sudah lama ayah bersiap untuk menanti kabar ini, kabar tentang seorang yang akan membawamu pergi jauh dari ayah. Kabar tentang laki-laki yang meminta pengalihan tanggung jawab dari ayah.. sungguh sudah lama ayah mempersiapkan diri. Tapi tetap saja siang itu ayah terkejut, meski mungkin tidak begitu terlihat diwajah ayah.
Siapa dia nak? Siapa laki-laki yang berani memintamu dari ayah? Bawa dia kesini... biar ayah lihat dulu, seberapa mampu dia meyakinkan ayah bahwa dia akan memperlakukan dan menjagamu tidak kurang dari ayah. Bawa dia kesini nak... biar ayah nilai dulu, seberapa tulus dia menyayangi dan membimbingmu tidak kurang dari ayah. Ayo bawa dia kesini... biar ayah pertimbangkan dulu, seberapa baik agamanya, seberapa besar tanggung jawabnya, dan seberapa sabar dia menghadapi putri kecil ayah.
Dikota yang berjarak dua jam perjalanan dari sini, apa kau masih mengingat orang tua renta ini? Yang setiap saat tak henti mendoakan segala yang terbaik untukmu.
Ah.. ayah ingat ketika siang itu, sebelum berangkat kekota, dengan wajah malu-malu kau bercerita tentang niat seorang laki-laki untuk meminangmu. Kau tahu nak_ sudah lama ayah bersiap untuk menanti kabar ini, kabar tentang seorang yang akan membawamu pergi jauh dari ayah. Kabar tentang laki-laki yang meminta pengalihan tanggung jawab dari ayah.. sungguh sudah lama ayah mempersiapkan diri. Tapi tetap saja siang itu ayah terkejut, meski mungkin tidak begitu terlihat diwajah ayah.
Siapa dia nak? Siapa laki-laki yang berani memintamu dari ayah? Bawa dia kesini... biar ayah lihat dulu, seberapa mampu dia meyakinkan ayah bahwa dia akan memperlakukan dan menjagamu tidak kurang dari ayah. Bawa dia kesini nak... biar ayah nilai dulu, seberapa tulus dia menyayangi dan membimbingmu tidak kurang dari ayah. Ayo bawa dia kesini... biar ayah pertimbangkan dulu, seberapa baik agamanya, seberapa besar tanggung jawabnya, dan seberapa sabar dia menghadapi putri kecil ayah.
Nak_ ayah tahu siang
itu akan datang, siang yang mengharuskan ayah untuk menyadari bahwa putri kecil
ayah akan segera menggenapkan setengah agamanya, dengan bakti pada dia yang
belum ayah kenali. Padahal dimata ayah, kamu masih gadis kecil yang beberapa
waktu lalu merengek minta dibelikan benang untuk layangan, sebab teman-teman
seusiamu yang rata-rata laki-laki sudah punya benang yang panjang untuk
layangan mereka. Rasanya kamu masih gadis kecil ayah yang mengadu dengan mata
berkaca-kaca bahwa benang layangannya telah kusut, yang terkantuk-kantuk
menunggui ayah memperbaikinya agar bisa bermain lagi esok paginya. Yang dulu
melempar sepatunya kelaut sebagai alasan meminta ayah mengizinkanmu bermain
air. Yang dulu membongkar tas ayah, mencari receh untuk celengan ayammu diatas
lemari.
Dan kemarin, ketika dengan izin ayah, kau pergi berkenalan dengan keluarga besarnya. Kembali ayah harus segera menyadari bahwa binar yang kau bawa pulang itu tidak biasa, binar yang belum pernah ayah lihat ketika dengan antusias kau bercerita. Sebenarnya nak, ayah cemburu. ayah mencemburui dia yang tiba-tiba datang tapi sudah mampu menghadirkan getar-getar rasa yang terlihat dirona wajahmu. Tapi percayalah nak, kecemburuan itu segera ayah tepis, ayah usir dengan keyakinan bahwa posisi ayah dan posisinya itu tidak disatu tempat. Bahwa warna cinta untuk ayah tidak sama dengan warna cinta untuknya. Ayah tidak salah, bukan?
Sedikit pesan ayah... setelah nanti kau ayah serahkan dengan disaksikan oleh para malaikat. Jadilah pendamping yang patuh nak, yang senantiasa bersyukur dan berterimakasih, yang menjaga diri dan hartanya, yang tidak mudah menuduh dan menyakiti hatinya, yang menyimpan rahasia dan menutupi aibnya. sebab tidak mudah untuk menjadi seorang suami, tidak mudah untuk menjadi orang yang bertanggung jawab penuh terhadap orang lain, yang harus menjaga dirinya dan ahlinya dari api neraka. Jadi sekali lagi nak... jangan bebani dia, tapi bantulah dia sesuai peran yang kau punya.
Dan kemarin, ketika dengan izin ayah, kau pergi berkenalan dengan keluarga besarnya. Kembali ayah harus segera menyadari bahwa binar yang kau bawa pulang itu tidak biasa, binar yang belum pernah ayah lihat ketika dengan antusias kau bercerita. Sebenarnya nak, ayah cemburu. ayah mencemburui dia yang tiba-tiba datang tapi sudah mampu menghadirkan getar-getar rasa yang terlihat dirona wajahmu. Tapi percayalah nak, kecemburuan itu segera ayah tepis, ayah usir dengan keyakinan bahwa posisi ayah dan posisinya itu tidak disatu tempat. Bahwa warna cinta untuk ayah tidak sama dengan warna cinta untuknya. Ayah tidak salah, bukan?
Sedikit pesan ayah... setelah nanti kau ayah serahkan dengan disaksikan oleh para malaikat. Jadilah pendamping yang patuh nak, yang senantiasa bersyukur dan berterimakasih, yang menjaga diri dan hartanya, yang tidak mudah menuduh dan menyakiti hatinya, yang menyimpan rahasia dan menutupi aibnya. sebab tidak mudah untuk menjadi seorang suami, tidak mudah untuk menjadi orang yang bertanggung jawab penuh terhadap orang lain, yang harus menjaga dirinya dan ahlinya dari api neraka. Jadi sekali lagi nak... jangan bebani dia, tapi bantulah dia sesuai peran yang kau punya.
RENUNGAN 007
Ketika Tuhan menciptakan
wanita
Ketika Tuhan
menciptakan wanita, malaikat datang dan bertanya, “Mengapa begitu lama
menciptakan wanita, Tuhan?”
Tuhan menjawab, “Sudahkah engkau melihat setiap detail yang saya ciptakan untuk wanita? Lihatlah dua tangannya mampu menjaga banyak anak pada saat bersamaan, punya pelukan yang dapat menyembuhkan sakit hati dan keterpurukan, dan semua itu hanya dengan dua tangan“.
Malaikat menjawab dan takjub, “Hanya dengan dua tangan? tidak mungkin!
Tuhan menjawab, “Tidakkah kau tahu, dia juga mampu menyembuhkan dirinya sendiri dan bisa bekerja 18 jam sehari“.
Malaikat mendekat dan mengamati wanita tersebut dan bertanya, “Tuhan, kenapa wanita terlihat begitu lelah dan rapuh seolah-olah terlalu banyak beban baginya?”
Tuhan menjawab, “Itu tidak seperti yang kau bayangkan, itu adalah air mata.”
“Untuk apa?“, tanya malaikat.
Tuhan menjawab, “Sudahkah engkau melihat setiap detail yang saya ciptakan untuk wanita? Lihatlah dua tangannya mampu menjaga banyak anak pada saat bersamaan, punya pelukan yang dapat menyembuhkan sakit hati dan keterpurukan, dan semua itu hanya dengan dua tangan“.
Malaikat menjawab dan takjub, “Hanya dengan dua tangan? tidak mungkin!
Tuhan menjawab, “Tidakkah kau tahu, dia juga mampu menyembuhkan dirinya sendiri dan bisa bekerja 18 jam sehari“.
Malaikat mendekat dan mengamati wanita tersebut dan bertanya, “Tuhan, kenapa wanita terlihat begitu lelah dan rapuh seolah-olah terlalu banyak beban baginya?”
Tuhan menjawab, “Itu tidak seperti yang kau bayangkan, itu adalah air mata.”
“Untuk apa?“, tanya malaikat.
Tuhan melanjutkan, “Air
mata adalah salah satu cara dia mengekspresikan kegembiraan, kegalauan, cinta,
kesepian, penderitaan, dan kebanggaan, serta wanita ini mempunyai kekuatan
mempesona laki-laki, ini hanya beberapa kemampuan yang dimiliki wanita. Dia
dapat mengatasi beban lebih hebat dari laki-laki, dia mampu menyimpan
kebahagiaan dan pendapatnya sendiri, dia mampu tersenyum saat hatinya menjerit,
mampu menyanyi saat menangis, menangis saat terharu, bahkan tertawa saat
ketakutan. Dia berkorban demi orang yang dicintainya, dia mampu berdiri melawan
ketidakadilan, dia menangis saat melihat anaknya adalah pemenang, dia girang
dan bersorak saat kawannya tertawa bahagia, dia begitu bahagia mendengar suara
kelahiran. Dia begitu bersedih mendengar berita kesakitan dan kematian, tapi
dia mampu mengatasinya. Dia tahu bahwa sebuah ciuman dan pelukan dapat
menyembuhkan luka.”
“Cintanya tanpa syarat. Hanya ada satu yang kurang dari wanita, Dia sering lupa betapa berharganya dia.....”
“Cintanya tanpa syarat. Hanya ada satu yang kurang dari wanita, Dia sering lupa betapa berharganya dia.....”
RENUNGAN 008
Untuk yang sibuk berkarir
anak merupakan
titipan ilahi dan sekaligus amanah dari Sang Maha Pencipta, tetapi karena
kesibukan kita mencari nafkah untuk keluarga sehari-hari sampai-sampai kita
tidak dapat menyediakan sedikit waktu untuk sekedar memperhatikan hak seorang
anak untuk mendapatkan perhatian, kasih sayang dari seorang ayah atau ibunya.
Mungkin dari kisah nyata berikut ini dapat kita ambil hikmah yang dapat kita
ambil dan sebagai cermin bagi kita semua.
Seperti biasa Agus, Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta , tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Imron, putra pertamanya yang baru duduk di kelas tiga SD membukakan pintu untuknya. Nampaknya ia sudah menunggu cukup lama.
"Kok, belum tidur ?" sapa Agus sambil mencium anaknya.
Biasanya Imron memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari.
Sambil membuntuti sang Papa menuju ruang keluarga, Imron menjawab, "Aku nunggu Papa pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Papa ?"
"Lho tumben, kok nanya gaji Papa ? Mau minta uang lagi, ya ?"
"Ah, enggak. Pengen tahu aja" ucap Imron singkat.
"Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp. 400.000,-. Setiap bulan rata-rata dihitung 22 hari kerja. Sabtu dan Minggu libur, kadang Sabtu Papa masih lembur. Jadi, gaji Papa dalam satu bulan berapa, hayo ?"
Imron berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar
sementara Papanya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Agus beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Imron berlari mengikutinya. "Kalo satu hari Papa dibayar Rp. 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam Papa digaji Rp. 40.000,- dong" katanya.
"Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, tidur" perintah Agus
Tetapi Imron tidak beranjak. Sambil menyaksikan Papanya berganti pakaian, Imron kembali bertanya, "Papa, aku boleh pinjam uang Rp. 5.000,- enggak ?"
"Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini ? Papa capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah".
"Tapi Papa......."
Kesabaran Agus pun habis. "Papa bilang tidur !" hardiknya mengejutkan Imron. Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya.
Usai mandi, Agus nampak menyesali hardikannya. Ia pun menengok Imron di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Imron didapati sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp. 15.000,- di tangannya.
Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Agus berkata, "Maafkan Papa, Nak, Papa sayang sama Imron. Tapi buat apa sih minta uang malam-malam begini ? Kalau mau beli mainan, besok kan bisa. Jangankan Rp. 5.000,- lebih dari itu pun Papa kasih" jawab Agus.
"Papa, aku enggak minta uang. Aku hanya pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini".
"Iya, iya, tapi buat apa ?" tanya Agus lembut.
"Aku menunggu Papa dari jam 8. Aku mau ajak Papa main ular tangga. Tiga puluh menit aja... Mama sering bilang kalo waktu Papa itu sangat berharga. Jadi, aku mau ganti waktu Papa. Aku buka tabunganku, hanya ada Rp. 15.000,- tapi karena Papa bilang satu jam Papa dibayar Rp. 40.000,- maka setengah jam aku harus ganti Rp. 20.000,-. Tapi duit tabunganku kurang Rp. 5.000,- makanya aku mau pinjam dari Papa" kata Imron polos.
Agus pun terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat dengan perasaan haru. Dia baru menyadari, ternyata limpahan harta yang dia berikan selama ini, tidak cukup untuk "membeli" kebahagiaan anaknya.
Seperti biasa Agus, Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta , tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Imron, putra pertamanya yang baru duduk di kelas tiga SD membukakan pintu untuknya. Nampaknya ia sudah menunggu cukup lama.
"Kok, belum tidur ?" sapa Agus sambil mencium anaknya.
Biasanya Imron memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari.
Sambil membuntuti sang Papa menuju ruang keluarga, Imron menjawab, "Aku nunggu Papa pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Papa ?"
"Lho tumben, kok nanya gaji Papa ? Mau minta uang lagi, ya ?"
"Ah, enggak. Pengen tahu aja" ucap Imron singkat.
"Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp. 400.000,-. Setiap bulan rata-rata dihitung 22 hari kerja. Sabtu dan Minggu libur, kadang Sabtu Papa masih lembur. Jadi, gaji Papa dalam satu bulan berapa, hayo ?"
Imron berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar
sementara Papanya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Agus beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Imron berlari mengikutinya. "Kalo satu hari Papa dibayar Rp. 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam Papa digaji Rp. 40.000,- dong" katanya.
"Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, tidur" perintah Agus
Tetapi Imron tidak beranjak. Sambil menyaksikan Papanya berganti pakaian, Imron kembali bertanya, "Papa, aku boleh pinjam uang Rp. 5.000,- enggak ?"
"Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini ? Papa capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah".
"Tapi Papa......."
Kesabaran Agus pun habis. "Papa bilang tidur !" hardiknya mengejutkan Imron. Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya.
Usai mandi, Agus nampak menyesali hardikannya. Ia pun menengok Imron di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Imron didapati sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp. 15.000,- di tangannya.
Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Agus berkata, "Maafkan Papa, Nak, Papa sayang sama Imron. Tapi buat apa sih minta uang malam-malam begini ? Kalau mau beli mainan, besok kan bisa. Jangankan Rp. 5.000,- lebih dari itu pun Papa kasih" jawab Agus.
"Papa, aku enggak minta uang. Aku hanya pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini".
"Iya, iya, tapi buat apa ?" tanya Agus lembut.
"Aku menunggu Papa dari jam 8. Aku mau ajak Papa main ular tangga. Tiga puluh menit aja... Mama sering bilang kalo waktu Papa itu sangat berharga. Jadi, aku mau ganti waktu Papa. Aku buka tabunganku, hanya ada Rp. 15.000,- tapi karena Papa bilang satu jam Papa dibayar Rp. 40.000,- maka setengah jam aku harus ganti Rp. 20.000,-. Tapi duit tabunganku kurang Rp. 5.000,- makanya aku mau pinjam dari Papa" kata Imron polos.
Agus pun terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat dengan perasaan haru. Dia baru menyadari, ternyata limpahan harta yang dia berikan selama ini, tidak cukup untuk "membeli" kebahagiaan anaknya.
RENUNGAN 009
YANG TERLPAKAN DARI SOSOK AYAH
Biasanya, bagi seorang anak perempuan
yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya
merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh
dari kedua orang tuanya..... Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya.
Lalu bagaimana dengan Papa?
Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari, tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu?
Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng, tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?
Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil...... Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda. Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu...
Kemudian Mama bilang : "Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya", Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka....
Tapi sadarkah kamu? Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.
Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba. Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : "Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang." Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?
Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata : "Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!". Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut. Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.
Ketika kamu sudah beranjak remaja.... Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan: "Tidak boleh!".
Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu? Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat - sangat luar biasa berharga.
Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari, tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu?
Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng, tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?
Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil...... Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda. Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu...
Kemudian Mama bilang : "Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya", Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka....
Tapi sadarkah kamu? Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.
Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba. Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : "Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang." Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?
Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata : "Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!". Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut. Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.
Ketika kamu sudah beranjak remaja.... Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan: "Tidak boleh!".
Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu? Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat - sangat luar biasa berharga.
Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu... Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama.... Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya, Bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?
Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia.... :') Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu. Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?
Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya. Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir... Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut - larut... Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan Papa memarahimu.. . Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Papa akan segera datang?
"Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa"
Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur. Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata - mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti... Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa
Ketika kamu menjadi gadis dewasa.... Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain... Papa harus melepasmu di bandara. Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu? Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini - itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati... Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat.
Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata "Jaga dirimu baik-baik ya sayang". Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT... kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.
Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa. Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.
Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan... Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : "Tidak.... Tidak bisa!" Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan "Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu".
Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?
Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana. Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu. Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat "putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang"
Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya. Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin...
Karena Papa tahu..... Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.
Dan akhirnya.... Saat Papa melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia....
Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis? Papa menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Papa berdoa....
Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Papa berkata: "Ya Allah tugasku telah selesai dengan baik.... Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik.... Bahagiakanlah ia bersama suaminya..."
Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk... Dengan rambut yang telah dan semakin memutih.... Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya....
Papa telah menyelesaikan tugasnya....
Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita...
Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat...
Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis...
Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. .
Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa "KAMU BISA" dalam segala hal...
RENUNGAN 010
BILA IBU BOLEH MEMILIH
Anakku...
Bila ibu boleh memilih
Apakah ibu berbadan langsing atau berbadan besar karena mengandungmu
Maka
ibu akan memilih mengandungmu?
Karena dalam mengandungmu
ibu merasakan keajaiban dan kebesaran Allah
Sembilan bulan nak...
Engkau hidup di perut ibu
Engkau ikut kemanapun ibu pergi
Engkau ikut merasakan ketika jantung ibu berdetak karena kebahagiaan
Engkau menendang rahim ibu ketika engkau merasa tidak nyaman, karena ibu kecewa dan berurai air mata
Anakku...
Bila ibu boleh memilih apakah ibu harus operasi caesar, atau ibu harus berjuang melahirkanmu
Maka ibu memilih berjuang melahirkanmu
Karena menunggu dari jam ke jam, menit ke menit kelahiranmu
Adalah seperti menunggu antrian memasuki salah satu pintu surga
Karena kedahsyatan perjuanganmu untuk mencari jalan ke luar ke dunia sangat ibu rasakan
Dan saat itulah kebesaran Allah menyelimuti kita berdua
Malaikat tersenyum diantara peluh dan erangan rasa sakit,
Yang tak pernah bisa ibu ceritakan kepada siapapun
Dan ketika engkau hadir, tangismu memecah dunia
Saat itulah...
Saat paling membahagiakan
Segala sakit & derita sirna melihat dirimu yang merah,
Mendengarkan ayahmu mengumandangkan adzan,
Kalimat syahadat kebesaran Allah dan penetapan hati tentang junjungan kita
Rasulullah di telinga mungilmu
Anakku...
Bila ibu boleh memilih apakah ibu berdada indah,
atau harus bangun tengah malam untuk menyusuimu,
Maka ibu memilih menyusuimu,
Karena dengan menyusuimu ibu telah membekali hidupmu dengan tetesan-tetesan dan tegukan tegukan yang sangat berharga
Merasakan kehangatan bibir dan badanmu didada ibu dalam kantuk ibu,
Adalah sebuah rasa luar biasa yang orang lain tidak bisa rasakan
Anakku...
Bila ibu boleh memilih duduk berlama-lama di ruang rapat
Atau duduk di lantai menemanimu menempelkan puzzle
Maka ibu memilih bermain puzzle denganmu
Tetapi anakku...
Hidup memang pilihan...
Jika dengan pilihan ibu, engkau merasa sepi dan merana
Maka maafkanlah nak...
Maafkan ibu...
Maafkan ibu...
Percayalah nak, ibu sedang menyempurnakan puzzle kehidupan kita,
Agar tidak ada satu kepingpun bagian puzzle kehidupan kita yang hilang
Percayalah nak...
Sepi dan ranamu adalah sebagian duka ibu
Percayalah nak...
Engkau adalah selalu menjadi belahan nyawa ibu...
Bila ibu boleh memilih
Apakah ibu berbadan langsing atau berbadan besar karena mengandungmu
Maka
ibu akan memilih mengandungmu?
Karena dalam mengandungmu
ibu merasakan keajaiban dan kebesaran Allah
Sembilan bulan nak...
Engkau hidup di perut ibu
Engkau ikut kemanapun ibu pergi
Engkau ikut merasakan ketika jantung ibu berdetak karena kebahagiaan
Engkau menendang rahim ibu ketika engkau merasa tidak nyaman, karena ibu kecewa dan berurai air mata
Anakku...
Bila ibu boleh memilih apakah ibu harus operasi caesar, atau ibu harus berjuang melahirkanmu
Maka ibu memilih berjuang melahirkanmu
Karena menunggu dari jam ke jam, menit ke menit kelahiranmu
Adalah seperti menunggu antrian memasuki salah satu pintu surga
Karena kedahsyatan perjuanganmu untuk mencari jalan ke luar ke dunia sangat ibu rasakan
Dan saat itulah kebesaran Allah menyelimuti kita berdua
Malaikat tersenyum diantara peluh dan erangan rasa sakit,
Yang tak pernah bisa ibu ceritakan kepada siapapun
Dan ketika engkau hadir, tangismu memecah dunia
Saat itulah...
Saat paling membahagiakan
Segala sakit & derita sirna melihat dirimu yang merah,
Mendengarkan ayahmu mengumandangkan adzan,
Kalimat syahadat kebesaran Allah dan penetapan hati tentang junjungan kita
Rasulullah di telinga mungilmu
Anakku...
Bila ibu boleh memilih apakah ibu berdada indah,
atau harus bangun tengah malam untuk menyusuimu,
Maka ibu memilih menyusuimu,
Karena dengan menyusuimu ibu telah membekali hidupmu dengan tetesan-tetesan dan tegukan tegukan yang sangat berharga
Merasakan kehangatan bibir dan badanmu didada ibu dalam kantuk ibu,
Adalah sebuah rasa luar biasa yang orang lain tidak bisa rasakan
Anakku...
Bila ibu boleh memilih duduk berlama-lama di ruang rapat
Atau duduk di lantai menemanimu menempelkan puzzle
Maka ibu memilih bermain puzzle denganmu
Tetapi anakku...
Hidup memang pilihan...
Jika dengan pilihan ibu, engkau merasa sepi dan merana
Maka maafkanlah nak...
Maafkan ibu...
Maafkan ibu...
Percayalah nak, ibu sedang menyempurnakan puzzle kehidupan kita,
Agar tidak ada satu kepingpun bagian puzzle kehidupan kita yang hilang
Percayalah nak...
Sepi dan ranamu adalah sebagian duka ibu
Percayalah nak...
Engkau adalah selalu menjadi belahan nyawa ibu...
RENUNGAN 011
AKHIRNYA AKU BERHENTI
JADI WANITA KARIR
Sore itu sembari
menunggu kedatangan teman yang akan menjemputku di masjid ini seusai ashar.
Kulihat seseorang yang berpakaian rapi, berjilbab dan tertutup sedang duduk
disamping masjid. Kelihatannya ia sedang menunggu seseorang juga. Aku mencoba
menegurnya dan duduk disampingnya, mengucapkan salam, sembari berkenalan.
Dan akhirnya pembicaraan sampai pula pada pertanyaan itu. “Anti sudah menikah?”.
“Belum ”, jawabku datar.
Kemudian wanita berjubah panjang (Akhwat) itu bertanya lagi “kenapa?”
Pertanyaan yang hanya bisa ku jawab dengan senyuman. Ingin kujawab karena masih hendak melanjutkan pendidikan, tapi rasanya itu bukan alasan.
“Mbak menunggu siapa?” aku mencoba bertanya.
“Menunggu suami” jawabnya pendek.
Aku melihat kesamping kirinya, sebuah tas laptop dan sebuah tas besar lagi yang tak bisa kutebak apa isinya. Dalam hati bertanya-tanya, dari mana mbak ini? Sepertinya wanita karir. Akhirnya kuberanikan juga untuk bertanya “Mbak kerja di mana?”
Entah keyakinan apa yang membuatku demikian yakin jika mbak ini memang seorang wanita pekerja, padahal setahu ku, akhwat-akhwat seperti ini kebanyakan hanya mengabdi sebagai ibu rumah tangga.
“Alhamdulillah 2 jam yang lalu saya resmi tidak bekerja lagi” jawabnya dengan wajah yang aneh menurutku, wajah yang bersinar dengan ketulusan hati.
“Kenapa?” tanyaku lagi.
Dia hanya tersenyum dan menjawab “karena inilah PINTU AWAL kita wanita karir yang bisa membuat kita lebih hormat pada suami” jawabnya tegas.
Aku berfikir sejenak, apa hubungannya? Heran. Lagi-lagi dia hanya tersenyum.
Saudariku, boleh saya cerita sedikit? Dan saya berharap ini bisa menjadi pelajaran berharga buat kita para wanita yang Insya Allah hanya ingin didatangi oleh laki-laki yang baik-baik dan sholeh saja.
“Saya bekerja di kantor, mungkin tak perlu saya sebutkan nama kantornya. Gaji saya 7 juta/bulan. Suami saya bekerja sebagai penjual roti bakar di pagi hari dan es cendol di siang hari. Kami menikah baru 3 bulan, dan kemarinlah untuk pertama kalinya saya menangis karena merasa durhaka padanya. Kamu tahu kenapa ?
Waktu itu jam 7 malam, suami saya menjemput saya dari kantor, hari ini lembur, biasanya sore jam 3 sudah pulang. Setibanya dirumah, mungkin hanya istirahat yang terlintas dibenak kami wanita karir. Ya, Saya akui saya sungguh capek sekali ukhty. Dan kebetulan saat itu suami juga bilang jika dia masuk angin dan kepalanya pusing. Celakanya rasa pusing itu juga menyerang saya. Berbeda dengan saya, suami saya hanya minta diambilkan air putih untuk minum, tapi saya malah berkata, “abi, umi pusing nih, ambil sendiri lah !!”.
Pusing membuat saya tertidur hingga lupa sholat isya. Jam 23.30 saya terbangun dan cepat-cepat sholat, Alhamdulillah pusing pun telah hilang. Beranjak dari sajadah, saya melihat suami saya tidur dengan pulasnya.
Menuju ke dapur, saya liat semua piring sudah bersih tercuci. Siapa lagi yang bukan mencucinya kalo bukan suami saya (kami memang berkomitmen untuk tidak memiliki khodimah)? Terlihat lagi semua baju kotor telah di cuci. Astagfirullah, kenapa abi mengerjakan semua ini? Bukankah abi juga pusing tadi malam? Saya segera masuk lagi ke kamar, berharap abi sadar dan mau menjelaskannya, tapi rasanya abi terlalu lelah, hingga tak sadar juga.
Rasa iba mulai memenuhi jiwa saya, saya pegang wajah suami saya itu, ya Allah panas sekali pipinya, keningnya, Masya Allah, abi demam, tinggi sekali panasnya. Saya teringat perkataan terakhir saya pada suami tadi. Hanya disuruh mengambilkan air putih saja saya membantahnya. Air mata ini menetes, air mata karena telah melupakan hak-hak suami saya.”
Subhanallah, aku melihat mbak ini cerita dengan semangatnya, membuat hati ini merinding. Dan kulihat juga ada tetesan air mata yang di usapnya.
“Kamu tahu berapa gaji suami saya? Sangat berbeda jauh dengan gaji saya. Sekitar 600-700 rb/bulan. Sepersepuluh dari gaji saya sebulan. Malam itu saya benar-benar merasa sangat durhaka pada suami saya.
Dengan gaji yang saya miliki, saya merasa tak perlu meminta nafkah pada suami, meskipun suami selalu memberikan hasil jualannya itu pada saya dengan ikhlas dari lubuk hatinya. Setiap kali memberikan hasil jualannya, ia selalu berkata “Umi, ini ada titipan rezeki dari Allah. Di ambil ya. Buat keperluan kita. Dan tidak banyak jumlahnya, mudah-mudahan Umi ridho”, begitulah katanya. Saat itu saya baru merasakan dalamnya kata-kata itu. Betapa harta ini membuat saya sombong dan durhaka pada nafkah yang diberikan suami saya, dan saya yakin hampir tidak ada wanita karir yang selamat dari fitnah ini”
“Alhamdulillah saya sekarang memutuskan untuk berhenti bekerja, mudah-mudahan dengan jalan ini, saya lebih bisa menghargai nafkah yang diberikan suami. Wanita itu sering begitu susah jika tanpa harta, dan karena harta juga wanita sering lupa kodratnya" Lanjutnya lagi, tak memberikan kesempatan bagiku untuk berbicara.
“Beberapa hari yang lalu, saya berkunjung ke rumah orang tua, dan menceritakan niat saya ini. Saya sedih, karena orang tua, dan saudara-saudara saya justru tidak ada yang mendukung niat saya untuk berhenti berkerja. Sesuai dugaan saya, mereka malah membanding-bandingkan pekerjaan suami saya dengan yang lain.”
Aku masih terdiam, bisu mendengar keluh kesahnya. Subhanallah, apa aku bisa seperti dia? Menerima sosok pangeran apa adanya, bahkan rela meninggalkan pekerjaan.
“Kak, bukankah kita harus memikirkan masa depan ? Kita kerja juga kan untuk anak-anak kita kak. Biaya hidup sekarang ini mahal. Begitu banyak orang yang butuh pekerjaan. Nah kakak malah pengen berhenti kerja. Suami kakak pun penghasilannya kurang. Mending kalo suami kakak pengusaha kaya, bolehlah kita santai-santai aja di rumah.
Salah kakak juga sih, kalo mau jadi ibu rumah tangga, seharusnya nikah sama yang kaya. Sama dokter muda itu yang berniat melamar kakak duluan sebelum sama yang ini. Tapi kakak lebih milih nikah sama orang yang belum jelas pekerjaannya. Dari 4 orang anak bapak, Cuma suami kakak yang tidak punya penghasilan tetap dan yang paling buat kami kesal, sepertinya suami kakak itu lebih suka hidup seperti ini, ditawarin kerja di bank oleh saudara sendiri yang ingin membantupun tak mau, sampai heran aku, apa maunya suami kakak itu”. Ceritanya kembali mengalir, menceritakan ucapan adik perempuannya saat dimintai pendapat.
“anti tau, saya hanya bisa menangis saat itu. Saya menangis bukan karena apa yang dikatakan adik saya itu benar, Demi Allah bukan karena itu. Tapi saya menangis karena imam saya sudah DIPANDANG RENDAH olehnya.
Bagaimana mungkin dia meremehkan setiap tetes keringat suami saya, padahal dengan tetesan keringat itu, Allah memandangnya mulia ?
Bagaimana mungkin dia menghina orang yang senantiasa membangunkan saya untuk sujud dimalam hari ?
Bagaimana mungkin dia menghina orang yang dengan kata-kata lembutnya selalu menenangkan hati saya ?
Bagaimana mungkin dia menghina orang yang berani datang pada orang tua saya untuk melamar saya, padahal saat itu orang tersebut belum mempunyai pekerjaan ?
Bagaimana mungkin seseorang yang begitu saya muliakan, ternyata begitu rendah di hadapannya hanya karena sebuah pekerjaaan ?
Saya memutuskan berhenti bekerja, karena tak ingin melihat orang membanding-bandingkan gaji saya dengan gaji suami saya.
Saya memutuskan berhenti bekerja juga untuk menghargai nafkah yang diberikan suami saya.
Saya juga memutuskan berhenti bekerja untuk memenuhi hak-hak suami saya.
Saya berharap dengan begitu saya tak lagi membantah perintah suami saya. Mudah-mudahan saya juga ridho atas besarnya nafkah itu. Saya bangga dengan pekerjaan suami saya ukhty, sangat bangga, bahkan begitu menghormati pekerjaannya, karena tak semua orang punya keberanian dengan pekerjaan seperti itu.
Disaat kebanyakan orang lebih memilih jadi pengangguran dari pada melakukan pekerjaan yang seperti itu. Tetapi suami saya, tak ada rasa malu baginya untuk menafkahi istri dengan nafkah yang halal. Itulah yang membuat saya begitu bangga pada suami saya.
Suatu saat jika anti mendapatkan suami seperti suami saya, anti tak perlu malu untuk menceritakannya pekerjaan suami anti pada orang lain. Bukan masalah pekerjaannya ukhty, tapi masalah halalnya, berkahnya, dan kita memohon pada Allah, semoga Allah menjauhkan suami kita dari rizki yang haram”. Ucapnya terakhir, sambil tersenyum manis padaku. Mengambil tas laptopnya, bergegas ingin meninggalkanku.
Kulihat dari kejauhan seorang laki-laki dengan menggunakan sepeda motor butut mendekat ke arah kami, wajahnya ditutupi kaca helm, meskipun tak ada niatku menatap mukanya. Sambil mengucapkan salam, wanita itu meninggalkanku. Wajah itu tenang sekali, wajah seorang istri yang begitu ridho.
Ya Allah….
Sekarang giliran aku yang menangis. Hari ini aku dapat pelajaran paling berkesan dalam hidupku. Pelajaran yang membuatku menghapus sosok pangeran kaya yang ada dalam benakku..Subhanallah..Walhamdulillah..Wa Laa ilaaha illallah...Allahu Akbar
Semoga pekerjaan, harta dan kekayaan tak pernah menghalangimu untuk tidak menerima pinangan dari laki-laki yang baik agamanya..
Dan akhirnya pembicaraan sampai pula pada pertanyaan itu. “Anti sudah menikah?”.
“Belum ”, jawabku datar.
Kemudian wanita berjubah panjang (Akhwat) itu bertanya lagi “kenapa?”
Pertanyaan yang hanya bisa ku jawab dengan senyuman. Ingin kujawab karena masih hendak melanjutkan pendidikan, tapi rasanya itu bukan alasan.
“Mbak menunggu siapa?” aku mencoba bertanya.
“Menunggu suami” jawabnya pendek.
Aku melihat kesamping kirinya, sebuah tas laptop dan sebuah tas besar lagi yang tak bisa kutebak apa isinya. Dalam hati bertanya-tanya, dari mana mbak ini? Sepertinya wanita karir. Akhirnya kuberanikan juga untuk bertanya “Mbak kerja di mana?”
Entah keyakinan apa yang membuatku demikian yakin jika mbak ini memang seorang wanita pekerja, padahal setahu ku, akhwat-akhwat seperti ini kebanyakan hanya mengabdi sebagai ibu rumah tangga.
“Alhamdulillah 2 jam yang lalu saya resmi tidak bekerja lagi” jawabnya dengan wajah yang aneh menurutku, wajah yang bersinar dengan ketulusan hati.
“Kenapa?” tanyaku lagi.
Dia hanya tersenyum dan menjawab “karena inilah PINTU AWAL kita wanita karir yang bisa membuat kita lebih hormat pada suami” jawabnya tegas.
Aku berfikir sejenak, apa hubungannya? Heran. Lagi-lagi dia hanya tersenyum.
Saudariku, boleh saya cerita sedikit? Dan saya berharap ini bisa menjadi pelajaran berharga buat kita para wanita yang Insya Allah hanya ingin didatangi oleh laki-laki yang baik-baik dan sholeh saja.
“Saya bekerja di kantor, mungkin tak perlu saya sebutkan nama kantornya. Gaji saya 7 juta/bulan. Suami saya bekerja sebagai penjual roti bakar di pagi hari dan es cendol di siang hari. Kami menikah baru 3 bulan, dan kemarinlah untuk pertama kalinya saya menangis karena merasa durhaka padanya. Kamu tahu kenapa ?
Waktu itu jam 7 malam, suami saya menjemput saya dari kantor, hari ini lembur, biasanya sore jam 3 sudah pulang. Setibanya dirumah, mungkin hanya istirahat yang terlintas dibenak kami wanita karir. Ya, Saya akui saya sungguh capek sekali ukhty. Dan kebetulan saat itu suami juga bilang jika dia masuk angin dan kepalanya pusing. Celakanya rasa pusing itu juga menyerang saya. Berbeda dengan saya, suami saya hanya minta diambilkan air putih untuk minum, tapi saya malah berkata, “abi, umi pusing nih, ambil sendiri lah !!”.
Pusing membuat saya tertidur hingga lupa sholat isya. Jam 23.30 saya terbangun dan cepat-cepat sholat, Alhamdulillah pusing pun telah hilang. Beranjak dari sajadah, saya melihat suami saya tidur dengan pulasnya.
Menuju ke dapur, saya liat semua piring sudah bersih tercuci. Siapa lagi yang bukan mencucinya kalo bukan suami saya (kami memang berkomitmen untuk tidak memiliki khodimah)? Terlihat lagi semua baju kotor telah di cuci. Astagfirullah, kenapa abi mengerjakan semua ini? Bukankah abi juga pusing tadi malam? Saya segera masuk lagi ke kamar, berharap abi sadar dan mau menjelaskannya, tapi rasanya abi terlalu lelah, hingga tak sadar juga.
Rasa iba mulai memenuhi jiwa saya, saya pegang wajah suami saya itu, ya Allah panas sekali pipinya, keningnya, Masya Allah, abi demam, tinggi sekali panasnya. Saya teringat perkataan terakhir saya pada suami tadi. Hanya disuruh mengambilkan air putih saja saya membantahnya. Air mata ini menetes, air mata karena telah melupakan hak-hak suami saya.”
Subhanallah, aku melihat mbak ini cerita dengan semangatnya, membuat hati ini merinding. Dan kulihat juga ada tetesan air mata yang di usapnya.
“Kamu tahu berapa gaji suami saya? Sangat berbeda jauh dengan gaji saya. Sekitar 600-700 rb/bulan. Sepersepuluh dari gaji saya sebulan. Malam itu saya benar-benar merasa sangat durhaka pada suami saya.
Dengan gaji yang saya miliki, saya merasa tak perlu meminta nafkah pada suami, meskipun suami selalu memberikan hasil jualannya itu pada saya dengan ikhlas dari lubuk hatinya. Setiap kali memberikan hasil jualannya, ia selalu berkata “Umi, ini ada titipan rezeki dari Allah. Di ambil ya. Buat keperluan kita. Dan tidak banyak jumlahnya, mudah-mudahan Umi ridho”, begitulah katanya. Saat itu saya baru merasakan dalamnya kata-kata itu. Betapa harta ini membuat saya sombong dan durhaka pada nafkah yang diberikan suami saya, dan saya yakin hampir tidak ada wanita karir yang selamat dari fitnah ini”
“Alhamdulillah saya sekarang memutuskan untuk berhenti bekerja, mudah-mudahan dengan jalan ini, saya lebih bisa menghargai nafkah yang diberikan suami. Wanita itu sering begitu susah jika tanpa harta, dan karena harta juga wanita sering lupa kodratnya" Lanjutnya lagi, tak memberikan kesempatan bagiku untuk berbicara.
“Beberapa hari yang lalu, saya berkunjung ke rumah orang tua, dan menceritakan niat saya ini. Saya sedih, karena orang tua, dan saudara-saudara saya justru tidak ada yang mendukung niat saya untuk berhenti berkerja. Sesuai dugaan saya, mereka malah membanding-bandingkan pekerjaan suami saya dengan yang lain.”
Aku masih terdiam, bisu mendengar keluh kesahnya. Subhanallah, apa aku bisa seperti dia? Menerima sosok pangeran apa adanya, bahkan rela meninggalkan pekerjaan.
“Kak, bukankah kita harus memikirkan masa depan ? Kita kerja juga kan untuk anak-anak kita kak. Biaya hidup sekarang ini mahal. Begitu banyak orang yang butuh pekerjaan. Nah kakak malah pengen berhenti kerja. Suami kakak pun penghasilannya kurang. Mending kalo suami kakak pengusaha kaya, bolehlah kita santai-santai aja di rumah.
Salah kakak juga sih, kalo mau jadi ibu rumah tangga, seharusnya nikah sama yang kaya. Sama dokter muda itu yang berniat melamar kakak duluan sebelum sama yang ini. Tapi kakak lebih milih nikah sama orang yang belum jelas pekerjaannya. Dari 4 orang anak bapak, Cuma suami kakak yang tidak punya penghasilan tetap dan yang paling buat kami kesal, sepertinya suami kakak itu lebih suka hidup seperti ini, ditawarin kerja di bank oleh saudara sendiri yang ingin membantupun tak mau, sampai heran aku, apa maunya suami kakak itu”. Ceritanya kembali mengalir, menceritakan ucapan adik perempuannya saat dimintai pendapat.
“anti tau, saya hanya bisa menangis saat itu. Saya menangis bukan karena apa yang dikatakan adik saya itu benar, Demi Allah bukan karena itu. Tapi saya menangis karena imam saya sudah DIPANDANG RENDAH olehnya.
Bagaimana mungkin dia meremehkan setiap tetes keringat suami saya, padahal dengan tetesan keringat itu, Allah memandangnya mulia ?
Bagaimana mungkin dia menghina orang yang senantiasa membangunkan saya untuk sujud dimalam hari ?
Bagaimana mungkin dia menghina orang yang dengan kata-kata lembutnya selalu menenangkan hati saya ?
Bagaimana mungkin dia menghina orang yang berani datang pada orang tua saya untuk melamar saya, padahal saat itu orang tersebut belum mempunyai pekerjaan ?
Bagaimana mungkin seseorang yang begitu saya muliakan, ternyata begitu rendah di hadapannya hanya karena sebuah pekerjaaan ?
Saya memutuskan berhenti bekerja, karena tak ingin melihat orang membanding-bandingkan gaji saya dengan gaji suami saya.
Saya memutuskan berhenti bekerja juga untuk menghargai nafkah yang diberikan suami saya.
Saya juga memutuskan berhenti bekerja untuk memenuhi hak-hak suami saya.
Saya berharap dengan begitu saya tak lagi membantah perintah suami saya. Mudah-mudahan saya juga ridho atas besarnya nafkah itu. Saya bangga dengan pekerjaan suami saya ukhty, sangat bangga, bahkan begitu menghormati pekerjaannya, karena tak semua orang punya keberanian dengan pekerjaan seperti itu.
Disaat kebanyakan orang lebih memilih jadi pengangguran dari pada melakukan pekerjaan yang seperti itu. Tetapi suami saya, tak ada rasa malu baginya untuk menafkahi istri dengan nafkah yang halal. Itulah yang membuat saya begitu bangga pada suami saya.
Suatu saat jika anti mendapatkan suami seperti suami saya, anti tak perlu malu untuk menceritakannya pekerjaan suami anti pada orang lain. Bukan masalah pekerjaannya ukhty, tapi masalah halalnya, berkahnya, dan kita memohon pada Allah, semoga Allah menjauhkan suami kita dari rizki yang haram”. Ucapnya terakhir, sambil tersenyum manis padaku. Mengambil tas laptopnya, bergegas ingin meninggalkanku.
Kulihat dari kejauhan seorang laki-laki dengan menggunakan sepeda motor butut mendekat ke arah kami, wajahnya ditutupi kaca helm, meskipun tak ada niatku menatap mukanya. Sambil mengucapkan salam, wanita itu meninggalkanku. Wajah itu tenang sekali, wajah seorang istri yang begitu ridho.
Ya Allah….
Sekarang giliran aku yang menangis. Hari ini aku dapat pelajaran paling berkesan dalam hidupku. Pelajaran yang membuatku menghapus sosok pangeran kaya yang ada dalam benakku..Subhanallah..Walhamdulillah..Wa Laa ilaaha illallah...Allahu Akbar
Semoga pekerjaan, harta dan kekayaan tak pernah menghalangimu untuk tidak menerima pinangan dari laki-laki yang baik agamanya..
RENUNGAN 012
PENGHOMATAN TERAKHIR
Suatu hari di
sebuah perusahaan, ketika para karyawannya kembali dari istirahat dan makan
siang, mereka dikejutkan dengan sebuah pengumuman yang dipasang di pintu depan
kantor tersebut. Pengumuman tersebut berbunyi, “Telah meninggal dunia orang
yang telah menghambat karir Andadi kantor. Seluruh
karyawan diharap berkumpul di aula untuk memberikan penghormatan terakhir…”
Setiap orang yang membaca pengumuman tersebut menjadi sedih, sekaligus bertanya-tanya siapa sebenarnya orang yang meninggal tersebut, karena mereka tidak mendengar ada kabar rekan kerja mereka meninggal.
Rasa penasaran para karyawan tersebut semakin meninggi saat tiba di aula untuk melakukan penghormatan terakhir. Setiap karyawan bertanya-tanya, “Siapakah orang ini yang menghambat karir saya? Tapi setidaknya dia sudah mati hari ini!”
Satu per satu karyawan diberi kesempatan mendekat ke peti mati yang terletak di tengah aula dan saat mereka melihat ke dalam peti mati tiba-tiba mereka tercekat dan tidak bisa berkata apa-apa. Mereka berdiri di dekat peti mati, terkejut dan diam, seperti ada yang menyentuh bagian yang terdalam dari jiwa-jiwa mereka.
Ada sebuah cermin dalam peti mati tersebut, dan setiap orang yang melongok ke dalam akan melihat dirinya sendiri. Di samping cermin tersebut terdapat sebuah tulisan, “Hanya ada satu orang yang mampu mengatur batas kemampuan dan karir Anda, yaitu ANDA SENDIRI.”
Anda adalah orang satu-satunya yang dapat me-revolusi diri Anda sendiri. Anda adalah satu-satunya orang yang dapat mempengaruhi kebahagiaan Anda, me-realisasikan sukses Anda sendiri. Dan Anda satu-satunya orang yang dapat membantu diri Anda sendiri.
Hidup Anda tidak berubah ketika atasan atau bos Anda berubah, ketika teman-teman Anda berubah, ketika orang tua Anda berubah, ketika perusahaan berubah.
Hidup Anda berubah ketika ANDA berubah, ketika Anda dapat berpikir melampaui keyakinan Anda yang membatasi, ketika Anda sadar bahwa Anda-lah satu-satunya orang yang bertanggung jawab pada hidup Anda.
Note: "The most important relationship you can have, is the one you have with yourself."
Setiap orang yang membaca pengumuman tersebut menjadi sedih, sekaligus bertanya-tanya siapa sebenarnya orang yang meninggal tersebut, karena mereka tidak mendengar ada kabar rekan kerja mereka meninggal.
Rasa penasaran para karyawan tersebut semakin meninggi saat tiba di aula untuk melakukan penghormatan terakhir. Setiap karyawan bertanya-tanya, “Siapakah orang ini yang menghambat karir saya? Tapi setidaknya dia sudah mati hari ini!”
Satu per satu karyawan diberi kesempatan mendekat ke peti mati yang terletak di tengah aula dan saat mereka melihat ke dalam peti mati tiba-tiba mereka tercekat dan tidak bisa berkata apa-apa. Mereka berdiri di dekat peti mati, terkejut dan diam, seperti ada yang menyentuh bagian yang terdalam dari jiwa-jiwa mereka.
Ada sebuah cermin dalam peti mati tersebut, dan setiap orang yang melongok ke dalam akan melihat dirinya sendiri. Di samping cermin tersebut terdapat sebuah tulisan, “Hanya ada satu orang yang mampu mengatur batas kemampuan dan karir Anda, yaitu ANDA SENDIRI.”
Anda adalah orang satu-satunya yang dapat me-revolusi diri Anda sendiri. Anda adalah satu-satunya orang yang dapat mempengaruhi kebahagiaan Anda, me-realisasikan sukses Anda sendiri. Dan Anda satu-satunya orang yang dapat membantu diri Anda sendiri.
Hidup Anda tidak berubah ketika atasan atau bos Anda berubah, ketika teman-teman Anda berubah, ketika orang tua Anda berubah, ketika perusahaan berubah.
Hidup Anda berubah ketika ANDA berubah, ketika Anda dapat berpikir melampaui keyakinan Anda yang membatasi, ketika Anda sadar bahwa Anda-lah satu-satunya orang yang bertanggung jawab pada hidup Anda.
Note: "The most important relationship you can have, is the one you have with yourself."
RENUNGAN 013
Romantisnya
Rosulullah SAW
Buat
para suami-suami, seringkali kita memperdebatkan dan memperbincangkan
permasalahan yang berkaitan dengan kebahagiaan berumah tangga.
Seorang
bapak (suami), pernah bertanya dalam sebuah dialog interaktif konsultasi
keluarga di sebuah situs Islam lokal, tentang bagaimana mendapatkan kasih
sayang dan pengabdian istri. Dan yang tidak kalah ‘heboh’, tidak sedikit
pertanyaan yang ujung-ujungnya ingin melakukan poligami dengan berbagai alasan
tentunya.
Poligami,
jelas sangat diperbolehkan dan dicontohkan oleh baginda Rasul meski pun dalam
tradisi dan budaya masyarakat kita, beristri lebih dari satu masih merupakan
hal yang dianggap tidak lazim bahkan tabu.Namun
sepertinya, ada hal yang sering terlupakan oleh para suami, sudahkah kita
mencontoh Rasulullah dalam urusan romantisme berumah tangga? Sehingga Nabi SAW
karena romantismenya yang luar biasa terhadap para istri beliau tidak pernah
kita mendengar ada masalah yang besar dalam rumah tangga bersama para istrinya.
Jadi,
untuk sementara kesampingkan dulu masalah seperti ketidakbahagiaan beristri
yang usianya lebih tua, rumah tangga tidak harmonis, sehingga memunculkan
wacana yang saat ini sedang ngetrend; poligami.
Padahal
sesungguhnya jika kita mau merenunginya kembali, bisa jadi permasalahan
utamanya sangat sederhana; kita kurang romantis!
Mari
kemudian kita cermati tauladan dari Rasulullah, manusia agung yang sangat
romantis terhadap istri-istrinya sebelum kita bicarakan niat atau kemungkinan
untuk berpoligami.
Rasulullah
SAW adalah contoh yang terbaik seorang suami yang mengamalkan sistem Poligami.
Baginda Nabi sangat romantis kepada semua istrinya.
Dalam satu kisah
diceritakan, pada suatu hari istri-istri Rasul berkumpul ke hadapan Beliau dan
bertanya, “Diantara istri-istri Rasul, siapakah yang paling disayangi?”.
Rasulullah SAW hanya tersenyum lalu berkata, “Aku akan beritahukan kepada kalian
nanti”
Setelah itu, dalam
kesempatan yang berbeda, Rasulullah memberikan sebuah kepada istri-istrinya
masing-masing sebuah cincin seraya berpesan agar tidak memberitahu kepada
istri-istri yang lain.
Lalu suatu hari hari
para istri Rasulullah itu berkumpul lagi dan mengajukan pertanyaan yang sama.
Lalu Rasulullah SAW menjawab, “Yang paling aku sayangi adalah yang
kuberikan cincin kepadanya”. Kemudian, istri-istri Nabi SAW itu
tersenyum puas karena menyangka hanya dirinya saja yang mendapat cincin dan
merasakan bahwa dirinya tidak terasing.
Masih ada amalan-amalan
lain yang bisa dilakukan untuk mendapatkan suasana romatis seperti yang
dicontohkan Rasulullah SAW. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Apabila pasangan suami istri berpegangan tangan,
dosa-dosa akan keluar melalui celah-celah jari mereka”.
Rasulullah SAW selalu
berpegangan tangan dengan Aisyah ketika di dalam rumah. Beliau acapkali memotong
kuku istrinya, mandi janabat bersama, atau mengajak salah satu istrinya
bepergian, setelah sebelumnya mengundinya untuk menambah kasih dan sayang di
antara mereka.
Baginda Nabi SAW juga
selalu memanggil istri-istrinya dengan panggilan yang menyenangkan dan membuat
hati berbunga-bunga. “Wahai si pipi kemerah-merahan” adalah contoh panggilan yang selalu
beliau ucapkan tatkala memanggil Aisyah.
Itulah
sedikit contoh romantisme Rasulullah SAW yang dapat kita teladani dan
praktekkan dalam kehidupan berumah tangga. Tentu, masih banyak contoh
romantisme lainnya.
Kepada
suami-suami yang baik, mulailah bersikap lembut dan berupaya membuat sang istri
selalu mengembang senyumnya. Peganglah tangan istri anda setiap
waktu, setiap kesempatan. Begitu pula para istri-istri yang sholehah, peganglah
juga tangan suami anda untuk menghapuskan segala dosa-dosa.
Jadi,
jika kita bisa meniru romantisme ala Rasul, sehingga istri pun membalas dengan
yang tidak kalah romantisnya, masalah mana lagi yang sempat mampir dalam
bahtera rumah tangga kita?
Semoga kita bisa
mengambil hikmah dari keteladannanNya.